Hello Guest! Welcome to My site.
Something you might want to know about us.
Don't be hesitated to contact us if you have something to say.

Brother ALi Temukan Allah Dalam Hip Hop

| | Selasa, 19 Januari 2010
|

WASHINGTON - Jika anda kebetulan bertemu dengan seorang rapper yang ternyata Muslim, berkulit albino, dan buta, maka itu pasti adalah Brother Ali. Musisi ini, yang kini sedang menjalani tur nasional, memiliki sejumlah nama-nama besar dalam dunia hip hop yang menjadi penggemarnya, termasuk Chuck D dari Public Enemy.
Album terbarunya berjudul “Us”. Dalam sebuah lagu dengan judul yang sama, musisi ini menjelaskan awal mulanya, “I started rhyming just to be somebody/ to make people notice me at the party” (saya mulai melantunkan rima hanya untuk menjadi seseorang/ agar orang-orang memperhatikan saya di dalam pesta).
Di tahun 1980an, Brother Ali adalah seorang remaja bernama Jason Newman, yang berhenti dari sekolah dan berkeliaran di jalanan Minneapolis Utara. Ia mencintai energi dan kegembiraan hip hop, serta kritik-kritiknya terhadap sistem sosial yang keras.
Rapper berbicara tentang orang-orang yang tidak pernah ia dengar sebelumnya di sekolah atau di gereja – seperti Malcolm X dan Louis Farrakhan.
“Remaja seperti saya dari Midwest, yang sangat tertarik pada puisi dan orang-orang seni seperti Rakim. Membuat saya ingin tahu, apa yang ia bicarakan?” ujar Brother Ali.
Rakim, MC besar sepanjang masa, memproduksi lagu-lagu klasik seperti “Move the Crowd”.
“Ia mengatakan, ‘Segala pujian bagi Allah’ – itu adalah berkah. Saya ingin tahu apa itu,” ujar Brother Ali. “Lalu ketika Chuck D dan KRS-One mengatakan hal-hal seperti, ‘Farrakhan adalah seorang nabi, menurutku kau harus mendengarkannya,’ itulah yang pada mulanya membuat saya menelusuri Al Qur’an.”
Brother Ali menjadi mualaf di usia 15 tahun. Ia mengikuti Imam W. Deen Mohammed, yang menggeser Nation of Islam dari nasionalisme hitam ke arah identitas Muslim yang lebih konvensional dan global. Mohammed berpikiran ke depan dan seorang juara dalam hal hubungan antar agama.
“Ketika saya masih kecil, ada sekelompok orang yang dikirim ke Malaysia untuk mempelajari cara masyarakat Islam hidup berdampingan dengan damai dengan agama-agama lain,” ujar Brother Ali. “Saya adalah salah satu orang yang dikirim ke sana untuk belajar.”
Hip hop dan Islam cenderung untuk terjebak dalam kesalahpahaman yang sama, ujarnya – bahwa keduanya dituding bersifat penuh kekerasan, tidak menghormati wanita, dan homophobic. Brother Ali mengatakan bahwa sikap-sikap itu bukan bagian dari hip hop maupun Islam.
“Ketiga sikap itu berasal dari kelemahan dan rasa tidak aman dari dalam diri manusia,” ujarnya, menambahkan bahwa ia telah mengatasi semua perasaan tersebut dalam dirinya.
“Di pekerjaan saya yang lama, saya sangat mengabaikan penderitaan yang dialami oleh kaum gay karena perbedaan yang mereka miliki,” ujarnya. “Saya menyebut kata ‘faggot’ (sebutan kasar untuk pria gay) dalam album pertama saya, dan kini saya merasa sangat malu akan hal itu. Saya memiliki teman-teman gay dan orang-orang gay yang saya teladani.”
Single pertama dalam album terbaru Brother Ali adalah tentang ekstasi domestik – kepuasannya ketika berada di rumah bersama istri dan anak-anaknya.
“Dalam setiap album, saya mencoba untuk berbicara tentang banyak hal penting bagi saya yang bagus dan mencoba bersikap tulus dan apa adanya,” ujar Brother Ali.
Lagu “Us” dapat diartikan sebagai fantasi tentang membalas tetangga yang nakal dengan mencuri dan menjual obat-obatan miliknya. Atau bisa juga tentang kehidupan masa lalu Brother Ali sendiri.
“Hip hop, baik musik maupun liriknya, selalu bersifat keras dan agresif,” ujar Jay Smooth, pembawa acara radio hip hop di New York. Ia adalah penggemar lama Brother Ali. Keduanya juga merupakan teman baik.
“Brother Ali adalah salah satu artis yang memperlihatkan bahwa kehidupan berkeluarga sehari-hari juga bisa menjadi sangat menarik,” ujar Smooth.
Smooth mengatakan bahwa menceritakan kebenaran mendatangkan rasa hormat terhadap musik Brother Ali. Ketika ia berima tentang kecanduan obat-obatan – sebelum ia menjadi muallaf – maka itu adalah tentang kebosanan luar biasa dari berdiri di sudut jalan selama berjam-jam, bukan tentang kehidupan hura-hura yang glamor.
“Semua hal dalam Islam adalah sebuah tindakan pemujaan – semua hal baik, murni, dan asli yang kau lakukan adalah sebuah tindakan pemujaan,” ujar Brother Ali. “Saya percaya menjadi seorang artis terbaik adalah dengan menjadi artis yang terjujur. Jika saya tidak menunjukkan sisi buruk dari diri saya, maka saya seperti menahan diri dari karya seni saya.”
Brother Ali mengatakan bahwa musiknya mencerminkan perkembangannya dalam menempuh perjalanan spiritual. Dan mungkin ia masih mendalami keyakinannya.

0 komentar:

Posting Komentar